Kamis, 29 Januari 2015

Laporan Perjalanan Museum Peta

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kunjungan ke Museum PETA
Suatu kunjungan merupakan salah satu proses pembelajaran bagi peserta didik dengan mengamati objeknya langsung dan dapat mengembangkan imajinasi dari objek yang diteliti. Dalam kurikulum sekarang, kunjungan merupakan satu metode belajar diluar kelas yang saat ini dianjurkan untuk menambah wawasan para peserta didik.
Latar belakang penulis menyusun Laporan Kunjungan ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di kampus STKIP Muhammadiyah, tepatnya mata kuliah Pancasila.

1.2. Tujuan Kunjungan
Tujuan dari kunjungan yang dilakukan oleh penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dari kegiatan kunjungan ini. Selain itu, tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melatih penulis dalam membuat Laporan Kunjungan ke Sebuah Museum PETA yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan guna untuk bahan pembuatan laporan ini serta mengamati hal-hal apa saja yang akan didapatkan dari kegiatan kunjungan.

1.3.  Tempat Kunjungan
Tempat yang dikunjungi oleh penulis sebagai obyek wisata hanya terdiri dari satu tempat saja yaitu : Monumen dan Museum PETA yang terletak di sebelah kiri Jalan Jenderal Sudirman jika dari arah Istana Bogor, di gedung No.35.

1.4. Metode Penulisan Laporan
Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan pembuatan
laporan ini, maka penulis menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data-data. Diantaranya adalah :


1. Metode Dokumentasi
Melalui metode ini penulis ingin mendapatkan data tentang sejarah pendirian, letak dan lokasinya.
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke obyek wisata yang akan dikunjungi.
3. Metode Langsung
Metode ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan narasumber yang ada di tempat obyek wisata.






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Uraian Singkat Museum PETA
            Setelah mengikuti kunjungan ke Museum Peta, ada beberapa hal yang saya dapatkan dari narasumber pada saat menjelaskan secara singkat tentang sejarah dan latar belakang pembentukan Museum Peta. Suasana yang mendung dan diiringi dengan rincik hujan itu menambah kekhusuan saya untuk tetap memperhatikan penjelasan dari narasumber
Lokasi Monumen dan Museum PETA ini berada di sebelah kiri Jalan Jenderal Sudirman jika dari arah Istana Bogor, di gedung No.35, dengan patung Jenderal Sudirman dan Sudancho Supriadi yang terdapat di lokasi halaman .
Gedung yang difungsikan sebagai Museum ini dibangun pada tahun 1745 oleh tentara KNIL (Koninklijk Nerderlands Indisch Leger) dengan gaya bangunan Eropa (Inggris). Pembangunan monumen dan Museum PETA (Pembela Tanah Air) atas prakarsa YAPETA (Yayasan Pembela Tanah Air) yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada mantan tentara PETA dan kontribusinya pada pendirian bangsa dan negara ini. Disamping untuk memberikan gambaran perjuangan kemerdekaan Indonesia dan persiapan dalam mengisi kemerdekaan tersebut. Gedung ini juga digunakan sebagai tempat persinggahan oleh para tokoh Indonesia maupun jepang pada masa itu.
Persiapan pendirian museum dimulai pada tanggal 14 Nopember 1993 dengan peletakan batu pertamanya oleh Wakil Presiden RI, yang juga sesepuh YAPETA, yaitu Bapak Umar Wirahadikusumah.  Museum ini sebelumnya membaur dengan komplek zeni. Gedung ini diresmikan sebagai Museum yang didedikasikan untuk para prajurit PETA pada tanggal 18 Desember 1995 oleh H. M. Soeharto (Presiden RI ke II) juga sebagai mantan Perwira PETA angkatan I.                   Di sebuah dinding terdapat koleksi foto para mantan PETA dan sebuah samurai tua yang disimpan di Monumen dan Museum PETA. Ada pula koleksi seragam dan perlengkapan persenjataan Gyuhei, atau Prajurit PETA, yang disimpan Monumen dan Museum PETA.
Pada tahun 1943 gedung ini digunakan sebagai pusat pelatihan pasukan tanah air (walaupun masih di bawah kontrol Jepang) . namun di kemudian hari , pasukan PETA sering mengadakan perlawanan ke pihak Jepang. dan PETA ini lah yang akhirnya menjadi salah satu cikal bakal satuan yang bersatu membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat), kemudian TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan pada akhirnya berubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang sekarang kita kenal sebagai satuan keamanan.
Di sebuah dinding terdapat koleksi foto para mantan PETA dan sebuah samurai tua yang disimpan di Monumen dan Museum PETA. Ada pula koleksi seragam dan perlengkapan persenjataan Gyuhei, atau Prajurit PETA, yang disimpan Monumen dan Museum PETA.
            Tentara Peta merupakan tentara kebangsaan yang oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kebangsaan Tanah Air saat itu dipersiapkan untuk menjadi tentara kebangsaan Negara Indonesia Merdeka. Di Kota Bogor inilah pertama kali diselenggarakan pembentukan taruna-taruna yang kemudian melahirkan perwira-perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, Tentara Kebangsaan Indonesia. Di bumi prajurit Pabaton Bogor inilah telah dibangkitkan jiwa keprajuritan kebangsaan Indonesia yang menggerakan setiap perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air untuk dikemudian hari berperan didalam gerakan persiapan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia sampai pada pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang menjadi cikal bakal Tentara Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh pendiri tentara peta dianataranya :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh Hatta
3. Ki Ageng Suryomataram
4. Ki Hajar Dewantara
5. Gatot Mangku Praja
6. K.H. Mas Mansoer
7. K.H. Agus Salim
            Berdirinya Pelatihan tentara PETA bukan semata-mata untuk kepentingan  bangsa Indonesia sendiri, tetapi ada kepentingan dari bangsa Jepang untuk memanfaatkan tentara PETA ini. Tujuan itu adalah :
Bagi bangsa Indonesia
Untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia, supaya indonesia terlatih untuk mempertahankan negara setelah merdeka. Serta dikhawatirkan suatu saat nanti ada perlawanan dari Jepang maupun dari Belanda untuk kembali datang menguasai Indonesia.
Bagi Jepang
            Untuk membantu pihak Jepang ketika melakukan perlawanan terhadap sekutu pada saat perang.
            Pendidikan dan Pelatihan tentara PETA dimulai pada tanggal 15 Oktober 1943 di Bogor, dan mendapatkan pelatihan selama ±3-4 bulan. Setelah itu di kembalikan lagi ke daerah masing-masing yang meliputi pulau Jawa, Madura, dan Bali berjumlah 69 Batalyon. Tentara PETA lulusan dari bogor menghasilkan 1.609 perwira yang menjadi 5 angkatan, khusus angkatan ke-2 dijadikan tentara pilihan perang Gerilya (Yugeki). Tetapi yang perlu di ingat bahwa tentara PETA bukanlah buatan jepang tetapi buatan indonesia, hanya saja pelatihannya oleh tentara Jepang. Salah satu pemberontakan yang terjadi adalah di Blitar  pada tanggal 14 Februari 1945 yang di pimpin oleh Syodancho Supriyadi yang notabene adalah lulusan dari tentara PETA. Melihat banyak sekali kekejaman salah satunya adalah adanya sistem kerja paksa romusha membuat Syodancho Supriyadi dan kawan-kawan melakukan perlawanan.                                                     Lulusan dari Pendidikan dan Pelatihan tentara PETA ini memiliki tingkatan pangkat-pangkat tersendiri. Pangkat tersebut yaitu :
1. Daidancho (Komandan Batalyon)  = Letkol/Mayor
2. Chudancho ( Komandan Kompi)   = Kapten
3. Syodancho ( Komandan Pleton)     = Letnan
4. Bundancho (Komandan Regu)       = Sersan
5. Giyuhei ( Prajurit)                           = Tamtama
Kota Bogor inilah dahulu yang menjadi  pusat latihan tentara yang bernama Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Sehingga pada tanggal 19 Oktober 1995, melalui surat keputusan DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor Nomor.3/kep/ DPRD/1995 telah menetapkan Bogor sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA).
Hal tersebut semakin mengukuhkan Bogor sebagai bumi keprajuritan yang melahirkan perwira-perwira tangguh, yang kemudian berperan besar dalam gerakan persiapan menuju kemerdekaan bangsa Indonesia yang merupakan cikal bakal terbentuknya TNI.
Seperti pada umumnya museum sejarah, penyajian informasinya dalam bentuk Diorama. Museum Peta memiliki 14 buah Diorama yang menceritakan tentang peristiwa pembentukan tentara PETA dan beberapa kontribusinya dalam proses pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Pada tanggal 3 Oktober 1943 bertempat dibekas Kesatriaan tentara KNIL/Belanda, Pabaton Bogor, sekarang menjadi Jl. Jend. Sudirman dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air.                   Di Museum PETA juga terdapat relief/monumen, yang menceritakan tentang terbentuknya tentara PETA dan terjadinya pertempuran tentara PETA melawan Penjajah. Koleksi patung, perlengkapan perang, meriam, dan senjata lainnya. 14 buah Diorama itu menggambarkan peristiwa/kegiatan yang dilakukan tentara PETA. 14 Diorama itu adalah :
Diorama 1 : Kesepakatan tokoh-tokoh Bangsa Indonesia untuk mengupayakan berdirinya tentara   PETA (1943)
Diorama 2    :  Kegiatan Latihan Di Pusat Pendidikan Perwira Pembela Tanah Air Bogor (1943).
Diorama 3    : Pembentukan Batalyon-Batalyon PETA di Daerah Jawa, Madura Dan Bali (1944).
Diorama 4    : Pemberontakan PETA di Blitar (14 Pebruari 1945)
Diorama 5    : Tipu Muslihat Katagiri Butaicho (Jepang) Terhadap Syodancho Muradi (15 Pebruari 1945).
Diorama 6    : Peristiwa 16 Agustus 1945 di Kompi Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok.
Diorama 7    : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 di Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Diorama 8 : Badan Keamanan Rakyat Cikal Bakal TNI (22 Agustus 1945).
Diorama 9    : Peristiwa Rapat Raksasa 19 September 1945 di Lapangan IKADA, Jakarta.
Diorama 10  : Peristiwa Serbuan Osha Butai Kota Baru oleh Pasukan BKR Yogyakarta (Oktober 1945).
Diorama 11  : BKR Malang merintis Matra Kedirgantaraan dalam Pembentukan Kekuatan Bersenjata  Indonesia (Oktober 1945).
Diorama 12  : Pemindahan Markas Angkatan Darat Jepang Di Jawa Timur Ke Tangan Bangsa Indonesia (Oktober 1945).
Diorama 13 : Ambarawa Dan Lahirnya Hari Infantri TNI-AD (Angkatan Darat) (15 Desember 1945).
Diorama 14  : Pemilihan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (12 November 1945).
Monumen dan Museum PETA merupakan sebuah museum yang baik untuk dikunjungi, agar menyegarkan ingatan mengenai peran dan pentingnya pendidikan kemiliteran dalam mendukung perjuangan politik menegakkan kemerdekaan RI. Dalam kegiatan kunjungan ini tidak semata-mata untuk penyegaran saja, tetapi memang terdapat hubungan antara mata kuliah Pancasila dengan kunjungan ke Museum PETA. Karena dalam mata kuliah Pancasila dijelaskan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah, baik itu Jepang maupun Belanda. Dengan adanya kunjungan tersebut dapat menambah rasa cinta kita terhadap tanah air yang telah diperjuangkan. Kunjungan ini juga sebagai bukti bahwa peristiwa-peristiwa yang telah dibahas dalam buku pelajaran itu memang benar-benar terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar