BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kunjungan ke Museum PETA
Suatu
kunjungan merupakan salah satu proses pembelajaran bagi peserta didik dengan
mengamati objeknya langsung dan dapat mengembangkan imajinasi dari objek yang
diteliti. Dalam kurikulum sekarang, kunjungan merupakan satu metode belajar
diluar kelas yang saat ini dianjurkan untuk menambah wawasan para peserta
didik.
Latar
belakang penulis menyusun Laporan Kunjungan ini yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah di kampus STKIP Muhammadiyah, tepatnya mata kuliah Pancasila.
1.2.
Tujuan Kunjungan
Tujuan
dari kunjungan yang dilakukan oleh penulis adalah untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman dari kegiatan kunjungan ini. Selain itu, tujuan dari kunjungan
ini adalah untuk melatih penulis dalam membuat Laporan Kunjungan ke Sebuah
Museum PETA yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan guna
untuk bahan pembuatan laporan ini serta mengamati hal-hal apa saja yang akan
didapatkan dari kegiatan kunjungan.
1.3.
Tempat Kunjungan
Tempat
yang dikunjungi oleh penulis sebagai obyek wisata hanya terdiri dari satu
tempat saja yaitu : Monumen dan Museum PETA yang terletak di
sebelah kiri Jalan Jenderal Sudirman jika dari arah Istana Bogor, di gedung
No.35.
1.4.
Metode Penulisan Laporan
Untuk
memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan pembuatan
laporan
ini, maka penulis menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data-data.
Diantaranya adalah :
1. Metode Dokumentasi
Melalui metode ini penulis
ingin mendapatkan data tentang sejarah pendirian, letak dan lokasinya.
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan
dengan pengamatan langsung ke obyek wisata yang akan dikunjungi.
3. Metode Langsung
Metode ini dilakukan dengan
wawancara langsung dengan narasumber yang ada di tempat obyek wisata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Uraian Singkat Museum PETA
Setelah mengikuti kunjungan ke
Museum Peta, ada beberapa hal yang saya dapatkan dari narasumber pada saat
menjelaskan secara singkat tentang sejarah dan latar belakang pembentukan
Museum Peta. Suasana yang mendung dan diiringi dengan rincik hujan itu menambah
kekhusuan saya untuk tetap memperhatikan penjelasan dari narasumber
Lokasi
Monumen dan Museum PETA ini berada di sebelah kiri Jalan Jenderal Sudirman jika
dari arah Istana Bogor, di gedung No.35, dengan patung Jenderal Sudirman dan
Sudancho Supriadi yang terdapat di lokasi halaman .
Gedung yang difungsikan sebagai Museum ini
dibangun pada tahun 1745 oleh tentara KNIL (Koninklijk
Nerderlands Indisch Leger) dengan
gaya bangunan Eropa (Inggris). Pembangunan monumen dan Museum PETA (Pembela
Tanah Air) atas prakarsa YAPETA (Yayasan Pembela Tanah Air) yang bertujuan
untuk memberikan penghargaan kepada mantan tentara PETA dan kontribusinya pada
pendirian bangsa dan negara ini. Disamping untuk memberikan gambaran perjuangan
kemerdekaan Indonesia dan persiapan dalam mengisi kemerdekaan tersebut. Gedung
ini juga digunakan sebagai tempat persinggahan oleh para tokoh Indonesia maupun
jepang pada masa itu.
Persiapan
pendirian museum dimulai pada tanggal 14 Nopember 1993 dengan peletakan batu
pertamanya oleh Wakil Presiden RI, yang juga sesepuh YAPETA, yaitu Bapak Umar
Wirahadikusumah. Museum ini sebelumnya membaur dengan komplek zeni.
Gedung ini diresmikan sebagai Museum yang didedikasikan untuk para prajurit
PETA pada tanggal 18 Desember 1995 oleh H. M. Soeharto (Presiden RI ke II) juga
sebagai mantan Perwira PETA angkatan I.
Di sebuah dinding terdapat koleksi foto para
mantan PETA dan sebuah samurai tua yang disimpan di Monumen dan Museum PETA.
Ada pula koleksi seragam dan perlengkapan persenjataan Gyuhei, atau Prajurit
PETA, yang disimpan Monumen dan Museum PETA.
Pada
tahun 1943 gedung ini digunakan sebagai pusat pelatihan pasukan tanah air
(walaupun masih di bawah kontrol Jepang) . namun di kemudian hari , pasukan
PETA sering mengadakan perlawanan ke pihak Jepang. dan PETA ini lah yang
akhirnya menjadi salah satu cikal bakal satuan yang bersatu membentuk BKR
(Badan Keamanan Rakyat), kemudian TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan pada
akhirnya berubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang sekarang kita kenal
sebagai satuan keamanan.
Di
sebuah dinding terdapat koleksi foto para mantan PETA dan sebuah samurai tua
yang disimpan di Monumen dan Museum PETA. Ada pula koleksi seragam dan
perlengkapan persenjataan Gyuhei, atau Prajurit PETA, yang disimpan Monumen dan
Museum PETA.
Tentara Peta merupakan tentara kebangsaan yang oleh pemimpin-pemimpin
pergerakan kebangsaan Tanah Air saat itu dipersiapkan untuk menjadi tentara
kebangsaan Negara Indonesia Merdeka. Di Kota Bogor inilah pertama kali
diselenggarakan pembentukan taruna-taruna yang kemudian melahirkan
perwira-perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, Tentara Kebangsaan
Indonesia. Di bumi prajurit Pabaton Bogor inilah telah dibangkitkan jiwa
keprajuritan kebangsaan Indonesia yang menggerakan setiap perwira Tentara
Sukarela Pembela Tanah Air untuk dikemudian hari berperan didalam gerakan
persiapan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia sampai pada pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR) yang menjadi cikal bakal Tentara Indonesia.
Adapun
tokoh-tokoh pendiri tentara peta dianataranya :
1.
Ir. Soekarno
2.
Drs. Moh Hatta
3.
Ki Ageng Suryomataram
4.
Ki Hajar Dewantara
5.
Gatot Mangku Praja
6.
K.H. Mas Mansoer
7.
K.H. Agus Salim
Berdirinya
Pelatihan tentara PETA bukan semata-mata untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri, tetapi ada
kepentingan dari bangsa Jepang untuk memanfaatkan tentara PETA ini. Tujuan itu
adalah :
● Bagi bangsa Indonesia
Untuk
mempersiapkan kemerdekaan indonesia, supaya indonesia terlatih untuk
mempertahankan negara setelah merdeka. Serta dikhawatirkan suatu saat nanti ada
perlawanan dari Jepang maupun dari Belanda untuk kembali datang menguasai
Indonesia.
● Bagi Jepang
Untuk membantu pihak Jepang ketika
melakukan perlawanan terhadap sekutu pada saat perang.
Pendidikan dan Pelatihan tentara
PETA dimulai pada tanggal 15 Oktober 1943 di Bogor, dan mendapatkan pelatihan
selama ±3-4 bulan. Setelah itu di kembalikan lagi ke daerah masing-masing yang
meliputi pulau Jawa, Madura, dan Bali berjumlah 69 Batalyon. Tentara PETA
lulusan dari bogor menghasilkan 1.609 perwira yang menjadi 5 angkatan, khusus
angkatan ke-2 dijadikan tentara pilihan perang Gerilya (Yugeki). Tetapi yang
perlu di ingat bahwa tentara PETA bukanlah buatan jepang tetapi buatan
indonesia, hanya saja pelatihannya oleh tentara Jepang. Salah satu
pemberontakan yang terjadi adalah di Blitar
pada tanggal 14 Februari 1945 yang di pimpin oleh Syodancho Supriyadi
yang notabene adalah lulusan dari tentara PETA. Melihat banyak sekali kekejaman
salah satunya adalah adanya sistem kerja paksa romusha membuat Syodancho
Supriyadi dan kawan-kawan melakukan perlawanan. Lulusan
dari Pendidikan dan Pelatihan tentara PETA ini memiliki tingkatan
pangkat-pangkat tersendiri. Pangkat tersebut yaitu :
1.
Daidancho (Komandan Batalyon) =
Letkol/Mayor
2.
Chudancho ( Komandan Kompi) = Kapten
3.
Syodancho ( Komandan Pleton) = Letnan
4.
Bundancho (Komandan Regu) = Sersan
5.
Giyuhei ( Prajurit) =
Tamtama
Kota
Bogor inilah dahulu yang menjadi pusat latihan tentara yang bernama Jawa
Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela
Pembela Tanah Air di Jawa). Sehingga pada tanggal 19 Oktober 1995, melalui
surat keputusan DPRD Kotamadya Tingkat II Bogor Nomor.3/kep/ DPRD/1995 telah
menetapkan Bogor sebagai Kota Pembela Tanah Air (PETA).
Hal
tersebut semakin mengukuhkan Bogor sebagai bumi keprajuritan yang melahirkan
perwira-perwira tangguh, yang kemudian berperan besar dalam gerakan persiapan
menuju kemerdekaan bangsa Indonesia yang merupakan cikal bakal terbentuknya
TNI.
Seperti
pada umumnya museum sejarah, penyajian informasinya dalam bentuk Diorama.
Museum Peta memiliki 14 buah Diorama yang menceritakan tentang peristiwa
pembentukan tentara PETA dan beberapa kontribusinya dalam proses pergerakan
kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Pada tanggal 3 Oktober 1943 bertempat
dibekas Kesatriaan tentara KNIL/Belanda, Pabaton Bogor, sekarang menjadi Jl.
Jend. Sudirman dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya pendidikan Perwira
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Di
Museum PETA juga terdapat relief/monumen, yang menceritakan tentang
terbentuknya tentara PETA dan terjadinya pertempuran tentara PETA melawan
Penjajah. Koleksi patung, perlengkapan perang, meriam, dan senjata lainnya. 14
buah Diorama itu menggambarkan peristiwa/kegiatan yang dilakukan tentara PETA.
14 Diorama itu adalah :
● Diorama 1 : Kesepakatan
tokoh-tokoh Bangsa Indonesia untuk mengupayakan berdirinya tentara PETA
(1943)
● Diorama 2 : Kegiatan
Latihan Di Pusat Pendidikan Perwira Pembela Tanah Air Bogor (1943).
● Diorama 3 : Pembentukan Batalyon-Batalyon PETA di
Daerah Jawa, Madura Dan Bali (1944).
● Diorama 4 : Pemberontakan PETA di Blitar (14 Pebruari
1945)
● Diorama 5 : Tipu Muslihat Katagiri Butaicho (Jepang)
Terhadap Syodancho Muradi (15 Pebruari 1945).
● Diorama 6 : Peristiwa 16 Agustus 1945 di Kompi Pembela
Tanah Air (PETA) Rengasdengklok.
● Diorama 7 : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945 di Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
● Diorama 8 : Badan
Keamanan Rakyat Cikal Bakal TNI (22 Agustus 1945).
● Diorama 9 : Peristiwa Rapat Raksasa 19 September 1945
di Lapangan IKADA, Jakarta.
● Diorama 10 : Peristiwa Serbuan Osha Butai Kota Baru oleh
Pasukan BKR Yogyakarta (Oktober 1945).
● Diorama 11 : BKR Malang merintis Matra Kedirgantaraan
dalam Pembentukan Kekuatan Bersenjata Indonesia (Oktober 1945).
● Diorama 12 : Pemindahan Markas Angkatan Darat Jepang Di
Jawa Timur Ke Tangan Bangsa Indonesia (Oktober 1945).
● Diorama 13 : Ambarawa
Dan Lahirnya Hari Infantri TNI-AD (Angkatan Darat) (15 Desember 1945).
● Diorama 14 : Pemilihan Panglima Besar Tentara Keamanan
Rakyat (12 November 1945).
Monumen
dan Museum PETA merupakan sebuah museum yang baik untuk dikunjungi, agar
menyegarkan ingatan mengenai peran dan pentingnya pendidikan kemiliteran dalam
mendukung perjuangan politik menegakkan kemerdekaan RI. Dalam kegiatan
kunjungan ini tidak semata-mata untuk penyegaran saja, tetapi memang terdapat
hubungan antara mata kuliah Pancasila dengan kunjungan ke Museum PETA. Karena
dalam mata kuliah Pancasila dijelaskan tentang perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah, baik itu Jepang maupun Belanda. Dengan adanya kunjungan
tersebut dapat menambah rasa cinta kita terhadap tanah air yang telah
diperjuangkan. Kunjungan ini juga sebagai bukti bahwa peristiwa-peristiwa yang
telah dibahas dalam buku pelajaran itu memang benar-benar terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar